Nadya Ursulla, Anak Broken Home yang Kini Jadi Pengusaha Sukses Beromzet Rp 1 M
Setiap orang tentunya memiliki motivasi tersendiri dalam mempengaruhi perjalanan hidupnya. Begitu pula dengan wanita kelahiran Bandung ini, Nadya Ursulla, pendiri perusahan di bidang food and beverage yang berhasil memiliki omzet Rp 1 miliar per bulan.
Nadya menjadi pengusaha sukses di usia muda karena memiliki motivasi dari kecil untuk membawa keluarganya agar bisa berkumpul lagi dalam satu rumah.
Dikutip dari kanal YouTube Gritte Agatha dan berbagai sumber, wanita kelahiran 1996 ini memiliki latar belakang yang kurang menyenangkan. Ia adalah anak broken home dan harus berpisah dari ibunya sejak kelas 2 SD. Nadya tidak lagi merasakan kasih sayang dari seorang ibu sejak itu.
Awalnya, keluarga Nadya tinggal bersama di Bandung. Namun, kedua orang tuanya berpisah sehingga Ibu dan adik laki-lakinya pindah ke Manado, sementara Nadya dan sang Ayah menetap di Bandung. Ia mengaku sempat sakit selama sebulan karena belum terbiasa hidup tanpa seorang Ibu. Selain itu, ia juga iri dengan teman-temannya jika di sekolah yang mengambil raport adalah Ibu.
Ketika ia berada di kelas 6 SD, Nadya memiliki mimpi untuk membeli rumah agar bisa mengembalikan keluarganya untuk berkumpul bersama. Berangkat dari mimpi ini, ia mencari tahu melalui internet cara menjadi orang kaya. Dari hasil pencarian ini, ia menemukan bahwa orang-orang terkaya di dunia dan Indonesia rata-rata menjadi pengusaha. Saat itulah, Nadya bercita-cita sebagai pengusaha.
Nadya sudah mulai belajar berjualan ketika SMP. Saat itu, ia berjualan permen lollipop yang lagi trend di sekolahnya. Ia juga berjualan keripik yang diproduksi sendiri olehnya. Ia memproduksi keripik ini setelah pulang dari sekolah dan selesai jam 2 pagi.
Saat duduk di bangku putih abu-abu, Nadya yang baru lulus dari SMKN 3 Bandung ini berdedikasi untuk langusng mencari kerja bukan untuk melanjutkan ke pendidinkan tinggi lantaran sang Ayah belum memiliki penghasilan dan masih bergantung dengan Neneknya.
Nadya akhirnya berhasil mendapat pekerjaan di perusahaan bidang marketing. Saat menjadi karyawan, Nadya adalah pekerja keras. Demi ingin cepat mendapatkan uang, ia bekerja 16 jam sehari ketika orang-orang hanya bekerja selama 8 jam. Hal inilah yang membawa Nadya diangkat menjadi manajer hanya dalam waktu 8 bulan. Ketika tiga bulan sudah merasakan gaji yang ia inginkan, wanita ini memutuskan untuk keluar dan mengejar cita-citanya menjadi pengusaha.
Nadya menjalankan usaha susu murni bersama dua rekannya dengan modal nekat. Mereka sama sekali tidak tahu bagaimana cara mengolah susu, sampai akhirnya ia berhasil mendapatkan supplier susu di Bandung.
Dengan memiliki ilmu di bidang marketing, sistem penjualan yang Nadya gunakan saat itu adalah menitip ke hotel dan juga tempat gym. Namun, sistem penjualan ini tidak efektif untuk usahanya. Dalam waktu 3 bulan, ia gagal merintis usahanya. Tiga hari hanya terjual sekitar 20 botol. Omzetnya pun hanya Rp 500 ribu per bulan dengan modal awal Rp 10 juta yang tiga sekawan ini kumpulkan.
Karena tidak mendapat keuntungan dari usaha ini, akhirnya Nadya ditinggal oleh kedua rekannya. Dalam keterpurukannya, Nadya mulai belajar lagi strategi pemasaran yang cocok dengan uasahanya.
Ketika ia sudah menemukan strategi yang cocok dengan usahanya, ia meminta dua rekannya kembali dan memulai lagi dari nol. Tiga sekawan ini akhirnya menjalankan bisnis susu murni dengan cara menawarkan produknya di tempat-tempat wisata dan tempat yang ramai dikunjungi orang, sampai pernah diusir satpam saat berjualan.
Dengan mengubah strategi pemasaran seperti ini, Nadya berhasil mendapat keuntungan Rp 6 juta dalam seminggu. Keuntungan ini pun berjalan stabil dari waktu ke waktu.
Akhirnya, ia mulai merekrut karyawan untuk perusahaan yang bernama KS Group ini. Dalam waktu 4 tahun, ia berhasil mengekspansi bisnisnya ke 3 bidang usaha selain susu, antara lain keripik, yoghurt, dan sedang membangun restoran. Ia juga berhasil mendirikan kantor di 3 kota, Bandung, Bali, dan Surabaya. Dengan total karyawan berjumlah 100 orang.
Total penjualan dalam sebulan untuk keripiknya sekitar 20.000 buah, untuk yoghurt sekitar 15.000 buah, sementara susu yang menjadi pelopor usahanya ini hanya menerima jika ada orderan saja. Selain itu, ia berhasil mengekspor keripiknya ini hingga Malaysia, Singapore, dan China. Omzet yang berhasil ia raup dalam bisnisnya ini mencapai Rp 1 miliar per bulan.
Cita-cita awal Nadya pun berhasil terpenuhi untuk membeli rumah di Bandung dan membawa kembali keluarganya tinggal bersama. Dari perjalanannya ini, Nadya berpesan bahwa kesuksesan atau keberhasilan seseorang di masa depan tidak tergantung dari masa lalu atau identitasnya. Anak yang broken home pun bisa menjadi profil orang sukses.
Sumber Berita : www.kumparan.com