Kisah Nadya Raup Omzet Rp 1 M dari Jualan Susu di Usia Muda 

Menjadi pengusaha mungkin bukan hal yang banyak dicita-citakan banyak orang. Namun, bagi Nadya Ursulla pengusaha adalah cita-cita yang selalu ingin digapainya sejak kecil. Dirinya pun berhasil menggapai impian itu, bahkan membuatnya berhasil memiliki omzet hingga miliaran rupiah di usia belia.

Nadya merupakan founder serta pemilik KS Group, sebuah perusahaan yang membawahi penjualan produk susu dan makanan ringan. Usaha itu dibesut Nadya sejak umurnya masih belasan tahun.

Dia mengaku sudah mulai berbisnis sejak masih remaja. Semua berawal saat dirinya iseng berselancar di internet dan menemukan artikel mengenai daftar orang terkaya.

Saat itu menurutnya, dari sederet orang terkaya hampir semuanya merupakan pengusaha. Dari situ lah dia menjadikan pengusaha sebagai cita-citanya.

“Aku dulu kan ke warnet, ada artikel orang terkaya gitu. Dari 1 sampai 100 itu kebanyakan pengusaha. Jadi ya dari situ aku mimpi jadi pengusaha, kalau ditanya cita-cita apa? Anak lain bilang dokter, pilot, segala macam. Kalau aku jawab aku mau jadi pengusaha,” tutur Nadya kala berbincang bersama detikcom belum lama ini.

Apalagi dia mengaku kondisi keluarganya sejak kecil memang kurang baik. Nadya bercerita orang tuanya sudah berpisah sejak kecil, ekonomi keluarganya pun tak bagus-bagus amat untuk memenuhi keinginan di masa remajanya.

Namun hal itu tak membuat Nadya patah semangat, cita-citanya menjadi pengusaha tetap ditanamkan dalam hatinya. Sejak SMP dia mengaku mulai banyak berdagang untuk memenuhi hasratnya, misalnya untuk membeli handphone baru.

“Aku dulu ya pakai handphone nih kayak beda-beda aja tiap bulan, aku gonta-ganti aja, semua beneran dari hasil usaha aku. Nggak ada aku minta sama orang tua,” kata Nadya.

Beragam barang dijualnya, bahkan dia bercerita pernah menjual anjing sebagai peliharaan. Semua dilakukannya dengan cara berjualan online.

“Aku sampai pernah jual anjing, anjing hidup. Aku jualin online. Aku beli anjing murah terus aku pelihara baik baik beranak, anak anaknya aku jualin,” kisah Nadya.

Dia juga pernah menjual baju anak-anak, dia membeli semua bajunya kodian sehingga murah. Setelah itu dijual ke orang terdekatnya, mulai dari saudara-saudaranya hingga ke tetangganya.

Singkat cerita, perjalanan baru seorang Nadya dimulai saat lulus SMA. Karena kondisi keuangan keluarganya, dirinya tak bisa melanjutkan kuliah. Namun Nadya tak menyerah, dia mulai menyusun rencana untuk memulai bisnis dan benar-benar menjadi pengusaha seperti yang dia cita-citakan.

Namun, sebagai anak berusia 18 tahun, jelas modal belum ada di tangannya untuk membuka usaha. Maka dari itu dia melamar kerja di sebuah organisasi kemanusiaan. Di sana dia melamar sebagai seorang fundraising, tugasnya mencari orang untuk memberikan sumbangan.

Dia bekerja kala itu hanya untuk mengumpulkan modal untuk buka usaha. Pekerjaan ini tekun dilakukannya selama sekitar setahun, dia mengaku bekerja lebih keras agar cepat-cepat bisa menjadi manajer dan gajinya bisa lebih besar.

“Jadi memang aku kerja keras lebih dari orang lain, aku semangat banget kerja buat kejar keinginan mengumpulkan modal. Bahkan, baru 8 bulan aku langsung diangkat manajer. Lumayan gajinya selama kerja sekitar Rp 5-7 juta sebulan tuh aku pegang, aku kumpulin,” ungkap Nadya.

Kilas cerita, akhirnya dia memulai usahanya KS Group di usia 19 tahun, bersama dua temannya dia patungan membesut bisnis susu pasteurisasi. Dia dan kawan-kawannya hanya membuat 5 daftar usaha yang mau dibuka, dengan sebuah persetujuan akhirnya usaha susu yang jadi pilihan.

Perjuangan Nadya dan kawan-kawannya juga jelas tidak mudah, mereka memang memilih untuk membesut usaha susu. Namun nyatanya tidak ada satupun dari mereka yang mengerti bagaimana cara mengolah susu, dan dari mana bisa mendapatkan susu.

Modal nekat, akhirnya mereka melakukan survei. Tibalah pada suatu hari di sebuah pabrik susu merek besar di daerah Jawa Barat. Di sana mereka pura-pura menjadi mahasiswa yang mau melakukan riset, tapi di balik itu mereka sebetulnya hanya ingin menemui HRD tempat tersebut untuk menyampaikan niatan mereka membuka usaha susu. Harapannya, bantuan stok susu bisa didapatkan dari pabrik tersebut.

“Aku pernah bohong masuk pabrik, aku ngomong ke security jadi mahasiswa mau analisa segala macam. Padahal nggak, kami masuk ke situ ngincer HRD doang. Aku jelasin lah di situ mau gini gini, aku mau jualan sama teman aku mau tahu caranya gimana,” tutur Nadya.Akhirnya HRD yang ditemui itu ternyata mendukung mereka. Dikenalkan lah Nadya dan kawan-kawannya untuk kepada saudara orang itu yang memang punya peternakan susu.

Dari sana mereka mendapatkan ilmu sekaligus stok susu yang dibutuhkan untuk dijual. Dari situ lah susu pasteurisasi besutan KS Group pertama kali dibuat, kemudian dipasarkan.

Total-total modal yang dikeluarkan dia dan kawan-kawannya sekitar Rp 10 jutaan. Pasalnya, saat itu untuk membesut usaha susu pasteurisasi butuh banyak alat-alat khusus.

“Kita Juli 2016 mulainya, 5 tahun sekarang. Modal paling Rp 3-4 juta dari aku. Kalau ditotal itu dulu Rp 10 jutaan karena kita beli barang buat alat pasteurisasi itu pas bikin susu. Kita patung-patungan aja,” kata Nadya.

Nadya mengaku memasarkan susu-susunya itu ke banyak tempat. Mulai dari tempat gym, minimarket, hingga membuka booth di tempat pariwisata. Kini dia berhasil membuat 3 cabang kantor dan toko KS Group, Bandung, Surabaya, dan Bali.

Usaha Nadya mencapai puncaknya di 2019. Saat itu ia berhasil mendapatkan omzet dari usahanya itu sebesar Rp 1 miliar per bulan. Yang lebih mencengangkan capaian ini didapatkannya di umur yang sangat muda, yaitu 22 tahun.

Namun, kini tak dia pungkiri bisnisnya mulai menurun karena pandemi COVID-19, omzet bulanan hanya bersisa ratusan juta.

“Omzet itu tahun sebelum ada pandemi pernah Rp 1 miliar lebih di beberapa bulan, itu di 2019, sekitar umur 22-23-an lah ya itu. Sekarang ini turun ini ke ratusan juta aja, Rp 300-500 juta sebulan,” ungkap Nadya.

“Sekarang kami main online aja buat bertahan. Kami masih jual ke supermarket juga. Cuma memang sekarang ke reseller nih lagi buka banyak kita,” lanjutnya.
Lantas apa sih kiat-kiat mulai bisnis sejak di usia muda? Nadya mengungkapkan paling penting adalah mental jadi pengusaha. Tahu risiko yang dijalankan dan tidak malas belajar.

“Belajar kan banyak, baca buku, baca artikel, lihat cerita orang. Jangan malas isi otak. Mental pengusaha tuh begitu,” kata Nadya.

Mau mulai usaha apapun itu, Nadya mengatakan dalam membesutnya jangan harap keuntungan singkat. Pola pikir saat menjalankan usaha ada memutar uang, bukan mencari utang besar. Uang diputar, aset bertambah, dengan sendirinya keuntungan akan datang.

“Mindset tuh jangan jadi saving nyari untung aja. Jadi mindset-nya puterin duit biar usaha itu kita bisa besar. Nambah aset dulu jangan nambah uang tabungan,” ungkap Nadya.

Sumber Berita : www.finance.detik.com